Tak keliru jika dikatakan bahwa Bulan Ramadhan adalah bulannya Al-Quran, ya karena di dalam bulan inilah Al-Quran diwahyukan pertama kali kepada Rasulullah, Nabi Muhammad saw.
Biografi ini disadur sedikit saja dari Buku “MANAQIBUS SYAIKH: K.H.M. MOENAUWIR ALMARHUM: PENDIRI PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA” yang diterbitkan oleh MAJLIS AHLEIN (Keluarga Besar Bani Munawwir) Pesantren Krapyak, keluaran tahun 1975. Jadi jika Anda ingin meng-COPY-PASTE biografi beliau ini, mohon SERTAKAN PULA SUMBERNYA, yakni buku tersebut. Biografi singkat seorang Maestro Al-Quran, Ulama Besar yang menebar semerbak harum Al-Quran di manapun ia berada, terutama di Tanah Jawa, dan menelurkan ribuan Ulama Ahli Quran serta Huffadz Al-Quran yang tersebar di penjuru Nusantara.
Semoga dengan dikenangnya Seorang Shalih lewat dunia maya ini, Allah Ta’ala berkenan melimpahkan Rahmatnya kepada kita semua. Selamat menikmati;
NASAB K.H.M. MOENAWIR
Simbah K.H.M. Moenauwir adalah putra K.H. Abdoellah Rosjad bin K.H. Hasan Bashori.
Dahulu, ada seorang ulama pejuang, K.H. Hasan Bashori namanya, atau yang lebih dikenal dengan nama Kyai Hasan Besari ajudan Pangeran Diponegoro. Beliau sangat ingin menghapalkan Kitab Suci Al-Quran namun terasa berat setelah mencobanya berkali-kali. Akhirnya beliau melakukan riyadhoh dan bermujahadah, hingga suatu saat Allah swt. mengilhamkan bahwa apa yang dicita-citakan itu baru akan dikaruniakan kepada keturunannya.
Begitu pula anak beliau, K.H. Abdoellah Rosjad, selama 9 tahun riyadhoh menghapalkan Al-Quran, ketika berada di Tanah Suci Makkah, beliau mendapat ilham bahwa yang akan dianugerahi hapal Al-Quran adalah anak-cucunya.
K.H. Abdoellah Rosjad dikaruniai 11 orang anak dari 4 orang istri, salah satunya adalah K.H.M. Moenauwir yang merupakan buah pernikahan beliau dengan Nyai Khodijah (Bantul).
MASA BELAJAR
Guru pertama beliau adalah Ayah beliau sendiri. Sebagai Targhib (penyemangat) nderes Al-Quran, Sang Ayah memberikan hadiah sebesar Rp 2,50 jika dalam tempo satu minggu dapat mengkhatamkannya sekali. Ternyata hal ini terlaksana dengan baik, bahkan terus berlangsung sekalipun hadiah tak diberikan lagi.
K.H.M. Moenauwir tidak hanya belajar Qiro’at (Bacaan) dan Menghafal Al-Quran saja, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang beliau timba dari Ulama-ulama di masa itu, di antaranya;
1. K.H. Abdullah (Kanggotan – Bantul)
2. K.H. Cholil (Bangkalan – Madura)
3. K.H. Sholih (Darat – Semarang)
4. K.H. Abdurrahman (Watucongol – Magelang)
Setelah itu, pada tahun 1888 M. beliau melanjutkan pengajian Al-Quran serta pengembaraan menimba ilmu ke Haramain (Dua Tanah Suci), baik di Makkah Al-Mukarromah maupun di Madinah Al-Munawwaroh. Adapun Guru-guru beliau antara lain;
Syaikh Abdullah Sanqoro Syaikh Syarbini Syaikh Mukri Syaikh Ibrohim Huzaimi Syaikh Manshur Syaikh Abdus Syakur Syaikh Mushthofa Syaikh YUSUF HAJAR (Guru beliau dalam Qiro’ah Sab’ah)
Pernah dalam suatu perjalanan dari Makkah ke Madinah, tepatnya di Rabigh, beliau berjumpa dengan seorang tua yang tidak beliau kenal. Pak Tua mengajak berjabat tangan, lantas beliau minta didoakan agar menjadi seorang Hafidz Al-Quran sejati. Lalu Pak Tua menjawab “Insyaa-Allah.” Menurut K.H. Arwani Amin (Kudus), orang tua itu adalah Nabiyullah Khidhr a.s.
K.H.M. Moenauwir ahli dalam Qiro’ah Sab’ah (7 bacaan Al-Quran). Dan salah satunya adalah Qiro’ah IMAM ‘ASHIM riwayat IMAM HAFSH, berikut inilah SANAD Qiro’ah Imam ‘Ashim riwayat Hafsh K.H.M. Moenawwir sampai kepada Nabi Muhammad saw., yakni dari;
Syaikh Abdulkarim bin Umar Al-Badri Ad-Dimyathi, dari Syaikh Isma’il, dari Syaikh Ahmad Ar-Rosyidi, dari Syaikh Mushthofa bin Abdurrahman Al-Azmiri, dari Syaikh Hijaziy, dari Syaikh Ali bin Sulaiman Al-Manshuriy, dari Syaikh Sulthon Al-Muzahiy, dari Syaikh Saifuddin bin ‘Athoillah Al-Fadholiy, dari Syaikh Tahazah Al-Yamani, dari
0 komentar:
Posting Komentar